Rabu, 07 Maret 2018

Lacey and the Curse of Blackwood Village



Chapter 1: A Cheerful Girl in a Sorrowful Day

Sebuah desa serba hitam. Rumahnya, hutannya, tanahnya, seluruhnya. Sebuah tempat yang beraura hitam. Katanya desa ini dikutuk. Leluhur desa yang terlalu berambisi menguasai seluruh negeri, menyebabkan desa ini dikutuk. Penyihir seluruh negeri yang mengutuk tempat itu.  Rumah rumah warganya dibangun menggunakan kayu yang mereka budidayakan sendiri. Kayu hitam atau black wood. Memang sejak awal sebelum desa ini di kutuk, masyarakatnya menggunakan kayu hitam sebagai bahan bangunan. Itulah mengapa desa ini diberi nama desa Blackwood. Para warga memiliki watak yang suram dan mudah marah setelah kena kutukan, apalagi, jika ada satu orang yang melenceng kepribadiannya dari kepribadian warga pada umumnya. Pagi ini, seluruh warga tengah berkabung. Pak Frederic, kepala desa, meninggal secara misterius. Wajahnya sangat pucat. Tak ada racun di makan malamnya. Setelah makan malam, ia ditemukan dengan keadaan seperti itu. Kepala desa tersebut sudah dilindungi dukun desa agar tidak terkena dampak sihir dari tukang sihir terjahat sekalipun. Maklum saja, semua orang dari seluruh negeri dapat melakukan berbagai sihir.
Seluruh warga yang berkabung, mengenakan pakaian hitam. Ya, sebenarnya, setiap hari mereka menggunakan pakaian berwarna hitam. Hanya ada dua pilihan warna pakaian disini. Yaitu, hitam dan coklat. Coklat yang sangat gelap, kalau dilihat dari jauh, warna nya sama saja seperti hitam. Khusus hari yang berduka ini, hampir seluruh warga menggunakan pakaian berwarna hitam. kecuali satu orang...
Lacey Granger. Seorang gadis sebatang kara. Ia dikenal sebagai orang yang tidak memiliki keahlian khusus, bahkan untuk memasak sekalipun. Sup jamur, telur goreng, dan teh tanpa gula, adalah masakan wajibnya (karena ia tak bisa memasak apapun selain menu menu tersebut). Ia juga tak pernah menunjukkan bakat sihir apapun. Di desa Blackwood, ia dijuluki, "Red curse". Hanya ia yang selalu menggunakan pakaian berwarna merah. Begitu cerah. Kontras sekali dengan pakaian seluruh masyarakat desa Blackwood. Ia sangat menyukai warna merah. Masakannya sering diberikan banyak cabai bubuk sehingga menjadi warna merah. Hanya Lacey yang mampu memakan masakan yang memiliki rasa terbakar bak api neraka tersebut. Bila seekor bunglon memakannya, bunglon itu akan menjadi naga mini yang memiliki nafas api. Satu lagi hal yang perlu diketahui soal Lacey. Ia dibenci seluruh masyarakat desa Blackwood. Tentu saja karena perbedaannya yang begitu mencolok.
Lacey yang malang. Ia yang sangat dibenci rakyat, sering kali ditindas. Balvin, Charis, Megan, dan Adhana. 4 nama penindas Lacey yang paling kejam. Mereka sering kali membuat pakaian merah milik Lacey menjadi menghitam dengan cat berwarna hitam. Megan menciprati cat ke pakaian Lacey, Balvin yang menyiram cat dari atas balkon, Charis dan Adhana yang menyiram cat langsung di depan Lacey. Sebenarnya, ada seseorang dari suatu tempat lain yang mengagumi Lacey atas ketabahannya. Lacey yang selalu ditindas tidak pernah menangis. Ia hanya memasang muka menderita lalu pergi, dan keesokan hari nya, ia terlihat ceria kembali. Si pengagum itu heran, mengapa Lacey tidak pindah saja ke pemukiman lain? Hari ini, Lacey menggunakan pakaian merah lagi! Namun, keempat penindas nya sama sekali tidak menggubrisnya, sebab ayah mereka lah yang menyebabkan seluruh desa berduka.
Lacey lega. Hari ini, pakaian merahnya tidak akan kotor. Ia juga senang, para warga tidak menghiraukan keluguan serta tindakannya hari ini. Maka ia bebas melakukan apapun. Ia pergi dari desa Blackwood untuk mencari sesuatu.
"Aduh!", seru Lacey. Ia menyandung batu di hutan.
Tiba-tiba, sebuah tangan mengulur kepada nya.
"Mmm.. kau gak apa-apa?", tanya orang tersebut.
"Ah, makasih. Aku gak apa-apa", jawab Lacey. "Cuma sedikit lecet", lanjut nya.
"Kau sedang apa di hutan? Hutan, kan tempat yang berbahaya bagi seorang gadis", kata orang yang mengenakan pakaian berwarna coklat muda tersebut.
"Ah.. mm.. aku lagi mencari sesuatu, hehe.. ah, iya! Namaku Lacey! Kau siapa?", tangan Lacey mengajak bersalaman.
"Aku Nicholas", ia menyambut salaman Lacey. "Apa yang kau cari?"
"Sebuah kuas. Aku tak dapat membelinya di desa ku. Nanti aku malah diusir."
Nicholas, yang ternyata si pengagum Lacey, sudah tahu akan hal itu. Dia mengerti betapa kesulitannya Lacey tinggal di desa Blackwood.
"Ah..ya..ya.. mau kubantu?"
"Heh? Benarkah?"
Nicholas mengangguk.
"Wah.. makasih, lho, kamu baik sekali!"


To be Continued...

Lacey and The Curse of Blackwood Village



Chapter 2: Walking Through the Forest

Lacey dan Nicholas berjalan bersama menyusuri hutan. Seiring perjalanan, mereka terus berbincang sehingga mereka menjadi akrab. Nicholas tahu bahwa Lacey akan pergi ke desa sebelah untuk membeli kuas karena ia sudah lama mengamati Lacey. Lacey tidak sadar akan hal itu. Bukankah seharusnya Nicholas bertanya, dimana Lacey akan membeli kuas?
"Kau mau beli kuas untuk apa?", Nicholas bertanya
Lacey tersenyum riang
"Untuk melukis!"
Tiba-tiba, Lacey melihat ada banyak bunga di pinggir tebing dekat jurang. Disana, ada banyak bunga dengan tangkai yang kecil. Tak terdapat pohon tinggi dan berbatang besar layaknya seluruh kawasan hutan.
"Waah, bunga! Aku mau bunga!", Lacey berlari kearah pinggir tebing. Ia mulai memetik bunga. Satu persatu hingga ia membuat sebuket bunga yang sangat indah.
"Lihatlah!", seru Lacey kepada Nicholas sambil menunjukkan bunga yang dikumpulkannya.
Drrr.. tanah berguncang. Lacey yang tadi nya begitu riang, langsung pucat wajahnya. Ia hanya mematung dipinggir tebing. Tiba-tiba..
"Aaaaaaaaa!!", Lacey berteriak.
Tanah yang dipijak Lacey, longsor. Tak ada akar yang menopang tanah tersebut sehingga mudah runtuh. Lacey terporosok ke bawah jurang. Ia berteriak,
"Nic! Tolong!!"
Lacey berhasil menggapai sebuah pohon yang tumbuh di sisi tebing. Untunglah. Jika ia terjatuh, maka cerita ini selesai. Nicholas, dengan sigapnya, mengulurkan tangan ke arah Lacey. Untunglah, jarak pohon dengan posisi Nicholas tidaklah jauh.
"Pegang tanganku!"
Nicholas menarik tangan Lacey. Bruk! Lacey tertarik keatas. Pandangan mata Lacey dan Nicholas bertemu. Mereka saling jatuh cinta.
"Aku cuma ingin mengumpulkan bunga buat kepala desa ku yang meninggal", ucap Lacey     dengan wajah memelas dan wajah yang memerah
“Hah.. ya ampun, berhati-hatilah, Lacey. Tadi itu bahaya banget”, ucap Nicholas sambil menghela nafas.
                Mereka melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang mereka tempuh cukup panjang. Pasalnya, hutan tersebut cukup luas. Selama di perjalanan, mereka bercakap cakap dan saling menjelaskan keadaan masing-masing. Lacey mulai bercerita soal desa nya yang dikutuk. Namun, secepat mungkin dia mengganti topik.
“hei Nic, kau tinggal dimana?”
Nicholas diam sejenak
“aku tinggal di hutan…”, jawab Nicholas
“kau sendiri? Bukannya desa mu dikutuk menjadi serba hitam? Lalu, kok, kau masih bisa menggunakan pakaian berwarna merah cerah dan bersikap ceria begini, padahal kan harusnya kau menjadi suram karena kena kutuk?”, tanya Nicholas yang heran
Lacey pun mulai bercerita.

“mmm.. setelah desa itu dikutuk, aku baru pindah kesana.  Jadi, aku nggak kena dampak kutukannya. Aku terpaksa pindah kesana karena suatu alasan. Terus, secara misterius, udah ngga ada lagi orang yang pindah ke desa itu, mungkin karena semua orang tahu bahwa desa itu terkena kutukan. Awalnya, aku yang pindah bersama ibu, mengikuti budaya yang ternyata adalah kutukan, yaitu menggunakan pakaian serba hitam. Aku  bingung, kenapa anak-anak disana nggak ada yang mau diajak bermain. Anak-anak itu malah marah-marah”, Lacey medan melanjutkan ceritanya
“terus, suatu hari ibuku meningggal. Aku jadi tinggal sendirian. Aku nggak punya teman disana.
Suatu hari, aku diberitahu seseorang dari dalam mimpiku, kalau desa ini dikutuk. Maka, aku bertekad untuk mengangkat kutukan. Aku keluarkan semua baju lama ku yang berwarna merah dan mulai menjadi ceria. Tapi, ironis nya, aku malah di bully, hehe”, Lacey tertawa kecil

                Nicholas mendengarkan cerita Lacey dengan seksama dan tanpa berkomentar.

To be Continued...

Lacey and The Curse of Blackwood Village



Chapter 3: The End

 Lalu, Lacey dan Nicholas melanjutkan perjalanan. Dan mereka sempat bermalam di hutan hingga esok hari. Akhirnya, mereka sampai di sebuah kedai yang menjual peralatan melukis yang lengkap.

“waahh! Kuas yang itu bagus! Aku beli yang itu, paman!”, seru Lacey kegirangan. Ia menunjuk ke sebuah kuas yang berwarna merah, warna kesukaannya.
               
                Nicholas menggeleng.

                “kau ini, kayak anak kecil, deh!”, seru Nicholas

                “hehee, gak apa-apa,dong?”

                Setelah Lacey menawar harga, Lacey membeli kuas tersebut dengan harga yang disepakati. Kemudian, Lacey dan Nicholas mulai berjalan kembali ke desa Blackwood. Mereka kembali menyusuri hutan yang luas dan gelap. Lacey tidak pernah merasa takut berada di hutan. Ia sudah sering berlari ke hutan untuk bersembunyi saat ia ditindas.

                “kenapa kau masih saja tinggal di desa Blackwood, sih? Kan kamu di bully terus”, ucap Nicholas tiba-tiba
               
“aku, kan, sudah bilang, kalau aku bertekad untuk mengangkat kutukan di desa Blackwood!’, jawab Lacey

                Mereka bermalam di hutan dan sampai di desa Blackwood pada sore hari. Namun tiba-tiba, ada bongkahan tanah yang sengaja dilempar ke arah ke arah Nicholas.

                “hei!! Lihat, si red curse membawa teman baru!”, ucap seseorang dengan nada yang sewot.
               
                Memang, saat itu Nicholas tengah menggunakan pakaian selain warna hitam.Lalu, semua orang mulai melempari tanah ke arah Lacey dan Nicholas.
               
                “ah, ya ampun! Dia ini tamu! Jangan menyerangnya!”, seru Lacey.

                Lacey dan Nicholas berlari dan menghindari serangan warga. Plok! Plok! Bongkahan tanah  terus-menerus dilemparkan sehingga membuat pakaian Nicholas dan Lacey menjadi kotor.
               
“kau langsung saja ke rumahku! Aku harus mencari bahan makanan.”, ucap Lacey

                Nicholas menangguk, lalu Lacey menunjukkan letak rumahnya. Nicholas, pun, berlari ke rumah Lacey. Ia melihat- lihat perabot di rumah Lacey yang penuh debu. Ia juga melihat ada banyak lukisan yang sepertinya dibuat oleh Lacey. Saat malam hari, Lacey kembali ke rumah sambil membawa jamur.
               
“aku kembali, hehe. Aku mau buat sup jamur! Kau pasti suka!”
               
                Nicholas diam saja. Lacey pergi ke dapur dan mulai memasak. Setelah memasukan bahan-bahan kedalam rebusan, Lacey mulai melukis sembari menunggu masakannya matang. Ia tampak melanjutkan lukisan pemandangan suatu pemukiman yang indah. Nicholas memandang lukisan yang tengah dikerjakan Lacey.  Pandangannya tetuju ke sebuah toples kecil berisi cairan semacam cat yang berwarna merah yang ada di atas meja. Setelah Nicholas memandang lukisan tersebut, ia baru sadar bahwa tak ada warna merah disana.

                “kenapa cat merah nya nggak dipakai?”, tanya Nicholas
               
“em..itu bukan cat untuk melukis..”
               
                “apa?’

                “sebulan yang lalu, aku pergi ke negeri seberang. Aku menemui Lussita, penyihir yang sangat hebat. Dia memberiku resep ramuan cat merah sihir yang mematikan. aku mencari bahan ramuan itu selama sebulan karena bahan bahannya sulit ditemukan. Tuliskan nama target ke kanvas, maka targetmu akan mati dalam setengah hari, oleskan ke barang yang hendak digunakan target, maka target mati dalam beberapa jam, atau oleskan langsung ke target, maka target akan mati seketika. Itu hanya untuk perlindungan diriku saja”

                BRAK!!! Pintu rumah Lacey dibanting. Lacey dan Nicholas sagat kaget.Tiba-tiba, diambang pintu, sudah terdapat Balvin, Charis, Megan, dan Adhana. Tentu saja ada yang tidak beres karena Megan membawa sebuah ember.
               
                “Lacey Granger!! Kau mencuri jamur di tamanku! Jamur itu enak!!”, Charis berteriak marah

                “apa? Aku mencari jamur di hutan! Aku nggak mencuri jamur di tamanmu!”, Lacey membela diri

                “dia bohong, Char. Lihat, jamur nya sudah dimasak sama dia”, ujar Balvin santai sambil menunjukkan sisa jamur yang sudah dipotong.

                Charis yang marah, pun, menjadi kalap. Ia mengambil ember yang dibawa Megan yang ternyata berisi cat hitam. Charis menyirami  cat hitam itu ke seluruh penjuru rumah Lacey. Lalu, Ia menyisakan cat hitam itu dan menyiramnya ke tubuh Lacey. Tiba-tiba, Charis melirik sebuah toples yang berisi cat merah. Charis megambil cat tersebut.

                “apa ini!? Apa sekarang kau pingin mewarnai desa ini dengan warna merah!?”, ujar Charis marah. Charis membanting toples yang berisi cat ‘tidak biasa’ itu hingga pecah dan isinya tumpah.

                “aaaaaaahh!! Tidak!! Dasar kau anak aneh! Apa yang sudah kau lakukan!?”, Lacey balik marah. Ia mengambil kuas yang mengoleskannya ke cat merah yang sudah tumpah.

                “kamu harus rasakan akibatnya!”, Lacey mengoleskan kuas dengan cat merah itu ke wajah Balvin dan Charis. Kedua penindas itu mati seketika dengan wajah yang sangat pucat layaknya almarhum pak Frederic. Nicholas hanya melongo karena tak percaya apa yang ia lihat. Begitu juga dengan Megan dan Adhana.

                “Balvin!! Charis!! Hei, Kamu apain mereka, hah!?”, Megan panik sekali

Lacey tidak menghiraukan perkataan Megan. Ia mengambil sebuah kantung, lalu, dengan sihir nya, ia mengendalikan cat tersebut agar masuk ke dalam kantung tersebut. Lihat itu? Lacey bisa sihir! lalu, Lacey, pun, segera kabur menuju hutan melalui pintu belakang. Nicholas langsung mengejar Lacey.

                Para warga yang sudah mengintip kegaduhan di rumah Lacey, pun, terkaget-kaget akan apa yang baru saja disaksikan oleh mereka. Langsung saja, mereka mengejar Lacey yang berlari kencang. Nicholas memimpin pasukan pengejar Lacey itu. Ia takut, Lacey akan mati diamuk warga yang sangat marah. Lalu, Nicholas mulai membaca mantra. Ia menggerakkan tangannya seolah-olah, ia tengah melemparkan sihir ke pada Lacey. Bruk! Lacey terjatuh. Cat merah yang dibawanya tumpah ke tanah.

                “Lacey, sihir ini merupakan sebuah ruangan sempit tak terlihat yang mengurungmu. Selama kau di dalamnya, kau akan merasa menderita dan menyesal. Dan setelah kulepas pengaruh sihirku, maka segala niat jahatmu akan dikeluarkan dari dalam dirimu. Sekarang, tolong jelaskan apa yang sudah terjadi”, jelas Nicholas

                “ya! Dan mengapa kau tiba-tiba bisa sihir?”, seru seorang warga

                Lacey yang awalnya tidak mau menjelaskan, lama-lama menjadi menderita karena pengaruh sihir Nicholas. Ia pun mengakui seuruh perbuatannya.

                “baiklah, hiks... cat itu.. aku menggunakannya.. aku mengoleskannya.. untuk pak Frederic. Aku marah, karena ia membiarkan anak-anaknya menindasku.. hiks.. hiks.. aku bertemu Lussita dan meramu cat merah sihir .. ramuan cat ini mematikan. aku mengoleskan ramuan caat ini ke bawah piring makan pak Frederic sebelum keluarga nya mulai makan malam. Lalu aku kabur dan kuas ku jatuh sehingga aku harus membeli kuas baru.... hiks.. aku menyesal.. tolong keluarkan aku.. hiks.. aku tak tahan..”, Lacey menjelaskan

                Warga yang mendengarnya terkesiap. Mereka benar-benar ingin membunuh Lacey sekarang. Namun, Nicholas mencoba untuk meredam amarah para warga.

                “sesuai dengan kataku tadi, setelah ini. Niat jahatnya akan hilang, jadi kalian semua bisa menghukumya secara adil, dan dia gak akan memberontak, jadi, tolong tahan amarah kalian semua.”

                Nicholas mencabut sihirnya. Namun, apa yang terjadi? Efek pencabutan niat jahat itu tak terjadi. Lacey yang marah menjadi jahat. Ternyata kemampuan sihir Lacey sangatlah besar. Ia mulai menimbulkan awan-awan berpetir dan menumbangkan pohon-pohon di hutan. Para warga menjadi ketakutan. Mereka berlarian kembali ke desa. Namun, Nicholas tetap kokoh di tempatnya.

                Lacey mengambil kuas yang dibawa nya. Ia mengoleskan cat merah ke kuas tersebut dan mulai mencari seorang target. Nicholas panik. Ia menghunuskan belati yang dibawanya. Dan ia menusuk tangan Lacey yang menggenggam kuas tersebut. Kuas itu terjatuh. Nicholas mengambilnya.

                “maafkan aku, aku terpaksa!”, ujar Nicholas. Ia mengoleskan kuas ke wajah Lacey.

                Lacey terjatuh seketika. Segala kekacauan yang ditimbulkan menghilang. Warga yang tadinya berlarian ke desa, kembali ke tempat Lacey berada. Mereka memandangi Nicholas yang tengah menangisi Lacey. Nicholas begitu sedih. Tiba-tiba, pandangan Nicholas tertuju pada sebuah kertas yang menyembul dari kantung baju Lacey. Nicholas mengambilnya dan membaca tulisan di kertas tersebut.


Cara mengangkat kutukan desa Blackwood

*mengorbankan 4 orang warga desa Blackwood

                Nicholas menangis sejadi-jadi nya. Namun, ia sadar bahwa seharusnya kutukan di desa Blackwood sudah diangkat. Tiba- tiba, pakaian para warga berubah menjadi warna-warni. Aura desa menjadi terang, sampai-sampai terasa hingga ke dalam hutan. Desa Blackwood, pun, menjadi terang dan penuh warna persis seperti lukisan Lacey. Namun, dengan warna merah.