Rabu, 07 Maret 2018

Lacey and The Curse of Blackwood Village



Chapter 2: Walking Through the Forest

Lacey dan Nicholas berjalan bersama menyusuri hutan. Seiring perjalanan, mereka terus berbincang sehingga mereka menjadi akrab. Nicholas tahu bahwa Lacey akan pergi ke desa sebelah untuk membeli kuas karena ia sudah lama mengamati Lacey. Lacey tidak sadar akan hal itu. Bukankah seharusnya Nicholas bertanya, dimana Lacey akan membeli kuas?
"Kau mau beli kuas untuk apa?", Nicholas bertanya
Lacey tersenyum riang
"Untuk melukis!"
Tiba-tiba, Lacey melihat ada banyak bunga di pinggir tebing dekat jurang. Disana, ada banyak bunga dengan tangkai yang kecil. Tak terdapat pohon tinggi dan berbatang besar layaknya seluruh kawasan hutan.
"Waah, bunga! Aku mau bunga!", Lacey berlari kearah pinggir tebing. Ia mulai memetik bunga. Satu persatu hingga ia membuat sebuket bunga yang sangat indah.
"Lihatlah!", seru Lacey kepada Nicholas sambil menunjukkan bunga yang dikumpulkannya.
Drrr.. tanah berguncang. Lacey yang tadi nya begitu riang, langsung pucat wajahnya. Ia hanya mematung dipinggir tebing. Tiba-tiba..
"Aaaaaaaaa!!", Lacey berteriak.
Tanah yang dipijak Lacey, longsor. Tak ada akar yang menopang tanah tersebut sehingga mudah runtuh. Lacey terporosok ke bawah jurang. Ia berteriak,
"Nic! Tolong!!"
Lacey berhasil menggapai sebuah pohon yang tumbuh di sisi tebing. Untunglah. Jika ia terjatuh, maka cerita ini selesai. Nicholas, dengan sigapnya, mengulurkan tangan ke arah Lacey. Untunglah, jarak pohon dengan posisi Nicholas tidaklah jauh.
"Pegang tanganku!"
Nicholas menarik tangan Lacey. Bruk! Lacey tertarik keatas. Pandangan mata Lacey dan Nicholas bertemu. Mereka saling jatuh cinta.
"Aku cuma ingin mengumpulkan bunga buat kepala desa ku yang meninggal", ucap Lacey     dengan wajah memelas dan wajah yang memerah
“Hah.. ya ampun, berhati-hatilah, Lacey. Tadi itu bahaya banget”, ucap Nicholas sambil menghela nafas.
                Mereka melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang mereka tempuh cukup panjang. Pasalnya, hutan tersebut cukup luas. Selama di perjalanan, mereka bercakap cakap dan saling menjelaskan keadaan masing-masing. Lacey mulai bercerita soal desa nya yang dikutuk. Namun, secepat mungkin dia mengganti topik.
“hei Nic, kau tinggal dimana?”
Nicholas diam sejenak
“aku tinggal di hutan…”, jawab Nicholas
“kau sendiri? Bukannya desa mu dikutuk menjadi serba hitam? Lalu, kok, kau masih bisa menggunakan pakaian berwarna merah cerah dan bersikap ceria begini, padahal kan harusnya kau menjadi suram karena kena kutuk?”, tanya Nicholas yang heran
Lacey pun mulai bercerita.

“mmm.. setelah desa itu dikutuk, aku baru pindah kesana.  Jadi, aku nggak kena dampak kutukannya. Aku terpaksa pindah kesana karena suatu alasan. Terus, secara misterius, udah ngga ada lagi orang yang pindah ke desa itu, mungkin karena semua orang tahu bahwa desa itu terkena kutukan. Awalnya, aku yang pindah bersama ibu, mengikuti budaya yang ternyata adalah kutukan, yaitu menggunakan pakaian serba hitam. Aku  bingung, kenapa anak-anak disana nggak ada yang mau diajak bermain. Anak-anak itu malah marah-marah”, Lacey medan melanjutkan ceritanya
“terus, suatu hari ibuku meningggal. Aku jadi tinggal sendirian. Aku nggak punya teman disana.
Suatu hari, aku diberitahu seseorang dari dalam mimpiku, kalau desa ini dikutuk. Maka, aku bertekad untuk mengangkat kutukan. Aku keluarkan semua baju lama ku yang berwarna merah dan mulai menjadi ceria. Tapi, ironis nya, aku malah di bully, hehe”, Lacey tertawa kecil

                Nicholas mendengarkan cerita Lacey dengan seksama dan tanpa berkomentar.

To be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar