Chapter 2: Walking Through the Forest
Lacey dan Nicholas berjalan bersama
menyusuri hutan. Seiring perjalanan, mereka terus berbincang sehingga mereka
menjadi akrab. Nicholas tahu bahwa Lacey akan pergi ke desa sebelah untuk
membeli kuas karena ia sudah lama mengamati Lacey. Lacey tidak sadar akan hal
itu. Bukankah seharusnya Nicholas bertanya, dimana Lacey akan membeli kuas?
"Kau mau beli kuas untuk
apa?", Nicholas bertanya
Lacey tersenyum riang
"Untuk melukis!"
Tiba-tiba, Lacey melihat ada banyak
bunga di pinggir tebing dekat jurang. Disana, ada banyak bunga dengan tangkai
yang kecil. Tak terdapat pohon tinggi dan berbatang besar layaknya seluruh
kawasan hutan.
"Waah, bunga! Aku mau bunga!",
Lacey berlari kearah pinggir tebing. Ia mulai memetik bunga. Satu persatu
hingga ia membuat sebuket bunga yang sangat indah.
"Lihatlah!", seru Lacey
kepada Nicholas sambil menunjukkan bunga yang dikumpulkannya.
Drrr..
tanah berguncang. Lacey yang tadi nya begitu riang, langsung pucat wajahnya. Ia
hanya mematung dipinggir tebing. Tiba-tiba..
"Aaaaaaaaa!!", Lacey
berteriak.
Tanah yang dipijak Lacey, longsor.
Tak ada akar yang menopang tanah tersebut sehingga mudah runtuh. Lacey
terporosok ke bawah jurang. Ia berteriak,
"Nic! Tolong!!"
Lacey berhasil menggapai sebuah
pohon yang tumbuh di sisi tebing. Untunglah. Jika ia terjatuh, maka cerita ini
selesai. Nicholas, dengan sigapnya, mengulurkan tangan ke arah Lacey.
Untunglah, jarak pohon dengan posisi Nicholas tidaklah jauh.
"Pegang tanganku!"
Nicholas menarik tangan Lacey.
Bruk! Lacey tertarik keatas. Pandangan mata Lacey dan Nicholas bertemu. Mereka
saling jatuh cinta.
"Aku cuma ingin mengumpulkan
bunga buat kepala desa ku yang meninggal", ucap Lacey dengan wajah memelas dan wajah yang
memerah
“Hah.. ya ampun, berhati-hatilah,
Lacey. Tadi itu bahaya banget”, ucap Nicholas sambil menghela nafas.
Mereka
melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang mereka tempuh cukup panjang. Pasalnya,
hutan tersebut cukup luas. Selama di perjalanan, mereka bercakap cakap dan
saling menjelaskan keadaan masing-masing. Lacey mulai bercerita soal desa nya
yang dikutuk. Namun, secepat mungkin dia mengganti topik.
“hei Nic, kau tinggal dimana?”
Nicholas diam sejenak
“aku tinggal di hutan…”, jawab
Nicholas
“kau sendiri? Bukannya desa mu
dikutuk menjadi serba hitam? Lalu, kok, kau masih bisa menggunakan pakaian
berwarna merah cerah dan bersikap ceria begini, padahal kan harusnya kau
menjadi suram karena kena kutuk?”, tanya Nicholas yang heran
Lacey pun mulai bercerita.
“mmm.. setelah desa itu dikutuk,
aku baru pindah kesana. Jadi, aku nggak
kena dampak kutukannya. Aku terpaksa pindah kesana karena suatu alasan. Terus,
secara misterius, udah ngga ada lagi orang yang pindah ke desa itu, mungkin
karena semua orang tahu bahwa desa itu terkena kutukan. Awalnya, aku yang pindah
bersama ibu, mengikuti budaya yang ternyata adalah kutukan, yaitu menggunakan
pakaian serba hitam. Aku bingung, kenapa
anak-anak disana nggak ada yang mau diajak bermain. Anak-anak itu malah marah-marah”,
Lacey medan melanjutkan ceritanya
“terus, suatu hari
ibuku meningggal. Aku jadi tinggal sendirian. Aku nggak punya teman disana.
Suatu hari, aku diberitahu seseorang dari dalam mimpiku, kalau desa ini
dikutuk. Maka, aku bertekad untuk mengangkat kutukan. Aku keluarkan semua baju
lama ku yang berwarna merah dan mulai menjadi ceria. Tapi, ironis nya, aku
malah di bully, hehe”, Lacey tertawa
kecil
Nicholas
mendengarkan cerita Lacey dengan seksama dan tanpa berkomentar.
To be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar